Anak Masa Kini Alami Kecanduan TV dan Komputer Seumur Hidupnya

Para orang tua yang sibuk seringkali membiarkan anak-anaknya untuk mencari hiburan dengan menonton TV ataupun bermain komputer. Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa generasi muda masa kini berisiko mengalami ketergantungan terhadap TV dan layar komputer seumur hidupnya.

Masalahnya, para psikolog telah mewanti-wanti bahwa kecanduan yang terus meningkat ini dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh, terutama otak.

Statistik terbaru menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja berusia 12-15 tahun rata-rata menghabiskan waktu lebih dari 6 jam sehari di depan layar.

Yang mengejutkan adalah angka tersebut hanya menggambarkan aktivitas nonton TV di rumah saja, belum termasuk penggunaan komputer di sekolah atau gadget seperti smartphone pada waktu-waktu senggang.

Terkait dengan itu, seorang ilmuwan dari Inggris, Dr. Aric Sigman ingin agar TV dilarang bagi balita dan anak-anak mendapatkan jatah nonton TV secara rasional. Ia pun berniat melarang para orang tua untuk menggunakan teknologi sebagai sarana 'mengasuh anak' yang disinyalir memberikan pengaruh kesehatan yang buruk bagi anak-anaknya.

Dr. Sigman dan studi dari peneliti lain juga telah mengaitkan banyaknya waktu yang dihabiskan anak-anak di depan layar dengan masalah kesehatan, termasuk obesitas, kolesterol tinggi dan tekanan darah, kesulitan memperhatikan sesuatu dan penurunan kemampuan berhitung dan membaca, begitu juga dengan gangguan tidur dan autisme.

Hal itu bisa saja disebabkan oleh masalah sederhana seperti makan berlebihan dan kurangnya olahraga atau perubahan hormon yang berdampak pada berkurangnya kemampuan untuk memperhatikan sesuatu dan berkonsentrasi.

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa reaksi otak terhadap permainan komputer sama halnya dengan reaksi otak terhadap narkoba dan alkohol.

Dr. Sigman berencana mengabarkan hasil penelitiannya itu dalam konferensi Royal College of Paediatrics and Child Health di Glasgow.

"Terlepas apakah anak-anak ataupun orang dewasa yang kecanduan pada teknologi layar atau tidak, banyak dari mereka yang terlalu banyak menggunakan teknologi dan mengalami ketergantungan yang tidak sehat terhadap hal itu," ujarnya seperti dilansir dari dailymail, Selasa (22/5/2012).

Dr. Sigman juga ingin agar TV tidak diletakkan di kamar tidur karena ia percaya anak-anak yang otaknya masih berkembang seharusnya tidak diperkenankan menonton TV sama sekali.

Pada anak-anak usia 3-7 tahun, jatah nonton TV dan bermain komputernya harus dibatasi menjadi 1,5 jam perhari sedangkan anak-anak yang usianya lebih tua dibatasi 2 jam sehari.

Dr. Sigman mengungkapkan bahwa 'passive parenting' atau pengasuhan anak secara pasif dalam menghadapi lingkungan media baru seperti ini merupakan bentuk penelantaran halus terhadap anak-anak.

Banyak studi yang menemukan bahwa peraturan dan pembatasan orang tua terhadap jam-jam menonton TV dan bermain komputer pada anak-anak secara efektif mengurangi kebiasaan buruk itu, sama halnya dengan tidak menempatkan TV atau komputer di kamar tidurnya.

Dr. Sigman bukanlah ilmuwan pertama yang menyatakan keprihatinannya akan hal ini. Sebelumnya Mental Health Foundation menemukan bahwa obsesi generasi muda terhadap situs jejaring sosial telah menciptakan generasi yang tidak memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-temannya.

Bahkan salah satu ilmuwan terkemuka di Inggris, Susan Greenfield, telah berulang kali memperingatkan bahwa situs jejaring sosial bisa berbahaya bagi otak anak-anak karena memperpendek rentang perhatian, mendorong kepuasan instan dan membuat generasi muda menjadi lebih egois.

Penggunaan komputer yang konstan juga membuat otak menjadi 'kekanak-kanakan' sehingga menyebabkan anak-anak kesulitan untuk mempelajari sesuatu dari kesalahannya.
Share:
Designed by MLNRFN | Distributed by MLNRFN